• Latest News

    Saturday, February 27, 2016

    [Light Novel Indonesia]Dark Eyes - The Beginning of Evil ( Chapter 7 - Akhirnya Charon Muncul!)

    BAB VII
    Akhirnya Charon Muncul!


    Aku dan Yuri terus berlari, berusaha sejauh mungkin untuk menghindari kejaran dari Leviathan yang semakin beranjak mendekat. 

    Tanpa menghiraukan keadaan di sekitar kami, kami terus berlari.

    “Jadi itu Leviathan si iblis kecemburuan..”  pikirku.

    Di tengah keadaan itu, aku memegang erat tangan Yuri. Membawanya berlari kencang tanpa berhenti sedikit pun. Pada saat ini juga aku berusaha menghindari kerumunan orang banyak. 

    Sebab, akan sangat berbahaya jika Leviathan menyerang orang yang tak bersalah. Maka dari pikiran itulah aku berlari menjauh menghindari rumahku. Padahal bisa saja aku bersembunyi di dalam rumahku yang dekat dengan taman itu atau juga bersembuyi dalam rumah Yuri. Tapi sepertinya Yuri sudah mulai merasa kelelahan.

    “Tunggu.. tunggu sebentar, Wataku..” ucap Yuri tersengal-sengal.

    Di dalam kedaannya, Yuri sangat kelelahan. Itu sangat jelas terlihat dari mukanya yang pucat dan berkeringat. Namun melihat keadaannya itu, aku tak hanya tinggal diam. Aku memegang tubuh Yuri dan mulai mengangkatnya. Ketika melihat tindakanku Yuri sungguh terkejut. Terkejut, sampai-sampai ia melihatku dengan tatapan matanya yang penuh dengan ketidak percayaan. Sepertinya reaksiku yang tiba-tiba ini membuat pertanyaan besar di dalam dirinya.

    Perlahan aku mulai menaikannya kepundakku.

    Benar, aku menggendongnya di belakang punggungku.

    “Bodoh! apa yang kamu lakukan!” ucapnya setengah malu.

    “Sudahlah, kita tak punya waktu untuk berdebat.” ucapku.

    Untuk sesaat, Yuri terdiam. Tapi pada akhirnya, Yuri menikmati pertolonganku. Lalu sepertinya mukaku memerah, merasakan hangat tubuhnya berada tepat di belakangku.Tanpa membuang waktu, aku bergegas berlari kembali dengan mengendongnya. Kemudian di tengah pelarianku itu, Yuri bertanya..

    “Tadi itu apa?” tanya Yuri di belakangku.

    “Hmm.. itu adalah jiwa yang tersesat dalam tubuhmu,” jawabku.

    “Jiwa yang tersesat?” tanyanya heran.

    “Ya, itu adalah jiwa yang tersesat dalam tubuhmu,” ungkapku, “jiwa yang terlahir karena kecemburuan hatimu.” 

    Yuri terdiam mendengar ucapanku. Perkataanku sepertinya terlalu membekas di ingatannya.

    Namun di tengah keterdiamannya, aku menjelaskannya kembali..

    “Mereka adalah iblis yang bersemayam di dalam tubuhmu,” jelasku.

    “Jadi iblis itu ada?” tanyanya tidak percaya.

    “Benar,” jawabku, “memang, sebelumnya aku tidak percaya akan hal itu, tapi, memang itulah kenyataannya.” 

    “Meskipun selama ini aku hanya melihat iblis di dalam serial manga atau pun dalam anime,” simpulku.

    Yuri terdiam sesaat, seolah mencerna semua penjelasanku.

    “Jadi kamu sudah tahu dari awal tentang semua itu?” tanyanya.

    “Benar, aku sudah mengetahuinya dari awal tentang itu,” jawabku. 

    “Lalu maksud kedatanganku menemuimu tadi siang dan menahanmu di taman sebenarnya itu juga adalah tentang  jiwa itu,” ungkapku.

    Namun entah mengapa wajahnya terlihat kecewa ketika mendengar alasanku. Seolah-olah Yuri kecewa akan ucapan yang baru saja kukatakan. Itulah yang kulihat ketika aku mengamati wajahnya di belakang sejenak.   

    Kemudian setelah itu, Yuri mulai terdiam dan tak bertanya apa-apa lagi.Tapi di tengah pelarianku itu, Leviathan berhasil mengejar kami. Aku bisa merasakan kehadirannya dari bayangan yang menutupi tubuhku.

    Leviathan terbang tinggi dengan bebasnya di angkasa seperti layaknya burung camar yang sangat lihai.Lalu dengan cepatnya, Leviathan turun dari langit. Menghalangi jangkauan kami dengan tubuhnya yang besar.

    Menghalangi langkahku yang ingin menghindarinya.

    “Kau tak bisa lari lagi, manusia,” ucapnya di depanku.

    Sesaat aku terdiam ketika menerima kehadirannya. kemudian, aku menurunkan Yuri. Tak banyak kata yang bisa kuucapkan pada saat berhadapan dengannya. Melihat sosok Leviathan yang sangat besar dan menakutkan membuatku kehabisan kata-kata.

    “Andai saja ada Charon di sini..”  pikirku.

    Yuri terkejut melihat Leviathan yang berada tepat di hadapan matanya. Tubuhnya menggigil tak henti-hentinya ketika melihatnya dan bergetar dengan sangat ketakutan. Mungkin karena ini adalah hal yang pertama kalinya bagi Yuri melihat sesosok iblis di depan matanya. 

    Terlebih lagi iblis ini sangat besar dan menakutkan. Wajar saja jika Yuri ketakutan. Melihat keadaannya yang menghawatirkan, aku mencoba menenangkannya. Aku memegang erat pundaknya dan menatapnya, berusaha menenangkan dirinya dari ketakutan yang melandanya. 

    Lalu setelah berhasil menenangkan Yuri sejenak, kembali aku mengalihkan pandanganku kepada Leviathan dan berkata..

    “Apa yang kamu inginkan?” tanyaku kepada Leviathan.

    “Aku menginginkan tubuh wanita itu..” jawabnya.

    Kembali Yuri menjerit di dalam keadaannya yang sudah sedikit tenang. Ia berteriak dengan histeris ketika mendengar ucapan leviathan yang terdengar menakutkan itu.

    Ia menjerit dengan paniknya.Teriakannya cukup kencang dan sangat menghawatirkan.

    “Tenang Yuri, tenang..” ucapku berusaha untuk menenangkannya kembali. 

    “Tidak! tidak! tolong aku, Wataku!” teriaknya.

    Di tengah kehisterisan Yuri, aku kembali menatap mata Leviathan. Sebisa mungkin aku berusaha terlihat kuat di hadapannya, sambil sesekali bertanya kepada Leviathan. Tentunya itu semua kulakukan setelah melihat Yuri kembali tenang di dalam keadaannya.

    “Lantas, mengapa kau sangat ingin sekali mendapatkan tubuh wanita ini?” tanyaku kepada Leviathan.

    “Aku sangat menginginkan tubuh wanita itu,” jawabnya sambil menyeringai, “sifat kecemburuannya sangat sempurna untukku, aku ingin sekali menjadikan tubuh indahnya menjadi milikku.” 

    Aku tersentak mendengar pernyataannya.

    Dengan tatapan mata yang tidak penuh dengan kepercayaan,

    aku memandangnya..

    “Daripada semua itu, terlebih lagi yang kuinginkan adalah..” ucap sang iblis tertahan.

    Dengan sebuah senyuman yang menyeringai..

    Sorot mata yang tajam..

    Ia mengucapkannya dengan jelas..

    “Membawa jiwanya ke dalam kegelapan,” ungkapnya dengan sebuah senyuman yang menakutkan.

    Melihat ekspresinya membuat tubuhku bergetar. Kembali, keringat dingin membasuhi wajahku saat melihat kesungguhan di dalam wajah Leviathan. Namun, pada saat mendengar ucapannya, tiba-tiba saja aku teringat kembali akan kata-kata yang diucapkan Charon sebelumnya.

    “Lantas apa yang terjadi jika jiwa yang tersesat itu berhasil menguasaiku?” tanyaku kepada Charon.

    “Kamu akan ditelan oleh dalamnya kegelapan..”

    “Urghh...” gumamku.

    “Jiwamu akan disingkirkan dari tubuhmu, dan tubuhmu akan menjadi wadah yang baru untuk si iblis..”

    “Kepribadianmu akan lenyap dan kamu akan merasakan hidup sesudah mati!” 

    “Jadi benar seperti yang dikatakan Charon..”  pikirku.

    Namun semua perkataan Leviathan tak menghentikanku dan melepaskan Yuri begitu saja. Masih dengan sikapku yang tenang, aku membalas tatapannya dengan sorot mata yang tajam lalu berkata..

    “Aku takkan menyerahkannya kepadamu!” teriakku kepada Leviathan.

    Aku bisa melihatnya..

    Wajah sombongnya.

    Sepertinya Leviathan sangat senang melihat reaksiku. Itu bisa terlihat dari simpul senyumnya yang menakutkan. Ia tersenyum seakan sikapku membuatnya terhibur. 

    “Oh, jadi begitu maumu?” tanyanya menyeringai.

    “Apa pun yang terjadi, aku takkan menyerahkannya kepadamu!” teriakku kepada Leviathan.

    “Wataku..” ucap Yuri. 

    Di tengah perdebatanku dengan Leviathan, Yuri menatapku dalam-dalam. Sepertinya Yuri sedkit terbuai akan ucapanku, mungkin.. 

    “Baiklah jika itu maumu, pertama aku akan menyingkirkanmu terlebih dahulu,” ujar Leviathan di tengah teriakanku.

    Selang beberapa saat, di tengah perkataannya, dengan kecepatannya yang luar biasa, Leviathan telah melayang  dan berada di dalam jangkauanku. 

    Tepat dalam hadapanku.

    Leviathan melayang, seakan tubuhnya sangat ringan seperti burung camar. Lalu tanpa ragu-ragu, dia menyerangku di tengah kecepatannya yang sangat cepat itu. Ia melibas tubuhku dengan satu hentakan dari ekor panjangnya. Membuat lemparan yang cukup jauh, serta menyebabkan kesakitan yang cukup dalam terhadapku.

    “Wataku!” teriak Yuri ketika dia melihatku mendapat pukulan keras dari Leviathan.

    Tak banyak kata yang bisa kugambarkan dalam keadaan ini. Tulang rusuk terasa remuk, pinggangku terasa hampir patah, dan tubuhku hampir mati rasa, setelah mendapatkan serangan dari kibasan ekornya.

    Yuri terlihat sangat cemas dengan keadaanku. Aku bisa melihatnya saat memandangnya dari kejauhan. Namun, di tengah keadaan yang menghawatirkan diriku, aku berusaha menguatkan diri serta kembali beranjak bangun untuk menghadapi Leviathan. Sebisa mungkin aku tak ingin melihat kekhawatiran di wajahnya.

    Kemudian di tengah posisiku yang kacau balau, secara spontan aku melihat sekelilingku. Kemudian, aku berusaha untuk mencari sesuatu yang dapat kugunakan untuk melawan Leviathan. 

    Lalu akhirnya aku berhasil menemukan sebuah benda yang berada di sekitar situ. Tanpa berpikir panjang, aku segera mengambilnya. Memegang balok itu erat-erat dan berlari sekencang-kencangnya menuju Leviathan.

    Walaupun aku lemah, setidaknya aku berusaha melakukan perlawanan. Meskipun itu terjadi di tengah keadaan fisikku yang cukup menghawatirkan.

    Ketika aku berada di dalam jangkauan tubuh Leviathan, 

    aku melawannya..

    Menyerangnya dengan pukulan yang membabi buta..

    Berkali-kali.. 

    Berulang-ulang..

    Aku terus memukul tubuh Leviathan tanpa henti-hentinya. Tapi sekeras apa pun aku memukulnya, tetap saja seranganku tak berarti untuknya. 

    Leviathan tak bergeming sedikit pun.

    “Apa ini yang dinamakan batasan?”  pikirku.

    “Selesai sudah, manusia,” ucapnya kepadaku.

    Di tengah seranganku itu, Leviathan mulai mengibaskan ekornya kembali. Tapi  sekarang  serangannya sungguh sangat dekat. Berbeda sekali dengan serangan yang dilancarkannya pertama yang lumayan cukup jauh. Lebih sialnya lagi, Yuri berada tepat di belakangku saat ia mengibaskan ekornya. 

    Berada di dalam jangkauan ekornya.

     Aku bisa saja menghindar dari serangannya itu. Sebab, serangannya tidak begitu cepat seperti saat pertama kali ia mengibaskannya. Tapi itu tak mungkin kulakukan, semua itu akan berakibat fatal untuk Yuri.

    Di antara keadaan yang sangat menyulitkan itu, aku memutuskannya.  “Tidaak! jangan, Wataku!!” teriak Yuri.

    Di dalam keadaan genting itu, aku berpaling dari hadapan Leviathan, berlari sekencang-kencangnya dengan cepat, dan memeluk tubuh Yuri dengan erat. Sebisa mungkin, aku berusaha untuk melindunginya dari kibasan ekor Leviathan dengan punggungku.

    “Aku bisa saja mati jika terkena serangan seperti ini,” pikirku.  

    Tapi aku takkan lari.. 

    Aku takkan menghindar..

    Aku harus melindungi Yuri, 

    Walaupun itu berarti aku harus mati!

    Mengapa aku melakukan hal ini?

    Saat aku melakukan tindakan itu, air mata jatuh membasahi wajahnya yang indah. Itu bisa kurasakan saat mendekap tubuhnya yang hangat. Dengan ekspresi wajahnya yang memilukan, Yuri menangis di dalam dekapanku. 

    Lalu sama halnya denganku, ia memeluk tubuhku dengan erat. Memelukku, seakan-akan di dalam keadaan itu, ia sangat takut akan kehilanganku.

    Perlahan, aku mulai menutup mataku..

    Membuang semua kekhawatiran di pikiranku.

    Kemudian aku terdiam, 

    seakan pasrah dengan keadaan yang akan terjadi.             

    “Charon.. Charon..”  panggilku di dalam hati.             

    Namun di tengah pikiranku yang mulai tenang itu, seseorang menyapaku.             

    “Sepertinya kamu sedikit kelelahan hari ini yah, Wakatsu!” ucap suara wanita di belakangku.             

    Seketika, setelah mendengar suara itu, aku mulai membuka mataku kembali. Melepaskan dekapan dari Yuri, dan mulai berpaling ke arahnya. Perlahan, aku memandang sosoknya dengan seksama, berusaha mengingat kembali suaranya.

    Charon.. 

    Akhirnya Charon kembali muncul..             

    Dengan genggaman tangannya yang kecil, Charon berhasil menghentikan serangan yang di berikan Leviathan ke arahku. Ia berhasil menangkap ekor Leviathan yang hampir mengenai tubuhku.             
    Namun di tengah kehadirannya yang tiba-tiba itu, membuat perasaanku sedikit kesal. Tentu saja aku terus berusaha keras daritadi, dan kini bukankah sudah sangat terlambat dan lama?             

    “Kemana saja kamu!” ucap seakan kesal kepadanya.

    Charon hanya tersenyum menanggapi perkataanku.

    Namun itulah yang kuharapkan.             

    Dengan senyuman yang ramah dan hangat, ia memandang ke arahku. Rasanya sudah lama sekali semenjak terakhir kali aku melihat senyumannya. Kurasa itu sedikit mengobati semua kerinduanku.             

    “Maaf membuatmu menunggu, Wakatsu,” ucapnya sambil tersenyum.            

    Namun, ketika Leviathan melihat Charon menghentikan serangannnya, Leviathan menjadi geram. Lalu di tengah tangkapannya, Leviathan kembali menarik ekornya dan bersiap menyerang Charon yang menghalanginya dengan serangan susulannya.

    “Sebelum kita berbicara kembali, pertama-tama aku akan menyelesaikan iblis ini terlebih dahulu,” ucap Charon, bersiap-siap untuk melawan Leviathan.            

    Charon memandang dalam-dalam Leviathan, lalu secara perlahan ia mulai memunculkan pedang ke dalam genggaman tangannya.            

    “Oh ternyata kamu, si iblis pengganggu yang sering dibicarakan itu..” ungkap Leviathan ketika Charon memandangnya, “atau haruskah kusebut Dark eyes?”           

    “Diam kau! aku tak memerlukan julukan itu!” kata Charon menjawabnya.

    Dengan lompatannya yang ringan, Charon melesat mendekati tubuh Leviathan. Ia melayang dengan sangat cepat dan tingginya. Tanpa membuang waktu, di tengah keadaan itu, Charon menyerangnya. Menyerang seakan siap memulai pertempuran kepada Leviathan. 

    “Siapa itu?” tanya Yuri di tengah kehadiran Charon melawan Leviathan.

    “Eh, kamu bisa melihatnya?” tanyaku heran.

    Melihat reaksi Yuri yang dapat memandang Charon membuat pertanyaan besar di dalam pikiranku. Mungkin karena Yuri tersesat dalam dosa kecemburuan yang membuatnya bisa melihat Charon. Hanya itu penjelasan logis yang bisa kuterapkan pada saat ini.

    “Mungkin saja seperti itu.”  pikirku.

    “Dia adalah Charon, seorang iblis pencari jiwa yang tersesat,” ungkapku.

    Aku menjelaskan kepada Yuri dengan lugasnya, namun tetap saja Yuri terlihat keheranan. Ia terlihat kebingungan, seolah aku menjelaskan hal yang tak masuk akal kepada Yuri.

    “Iblis memburu iblis?” tanyanya keheranan.

    “Seperti tulah kenyataannya, pertama kali aku juga tidak percaya dengan apa yang telah kudengar,” jawabku, sambil menyaksikan pertarungan antara keduanya.

    “Bagiku dia hanya terlihat seperti wanita cantik pada umumnya,” ungkap Yuri.

    “Benar.. bagiku Charon hanyalah terlihat seperti wanita cantik,” pikirku.

    Mungkin itu salah satu alasanku menyukainya.

    Pertarungan di antara keduanya berlansung dengan sangat cepat. Sebuah pertarungan yang sangat hebat dan mengagumkan. Adu hantam tak terelakan di antara Charon dan Leviathan. Namun keduanya sungguh sangat kuat. 

    Di tengah serangan-serangan Charon yang berakurasi tinggi, Leviathan berhasil membacanya. Dengan kibasan ekornya ia menahan setiap serangan dari pedang Charon.

    Tapi akhirnya serangan Charon membuahkan hasil. Di tengah serangan yang diberikan Charon terlihat sebuah celah pada Leviathan. Lalu dengan cepatnya Charon memanfaatkan celah itu dan menyerangnya dengan sekuat tenaga sambil berkata.. 

    “Enyahlah kau kedalam kegelapan!” ucap Charon.

    Ayunan pedangnya kini telah melesat cepat menuju tubuh Leviathan. Kini pedang Charon sudah mengarah tajam di lehernya. Dari serangannya bisa dilihat bahwa kemenangan akan diperoleh Charon kembali. Akan tetapi kenyataannya berbeda, saat  kibasan ekor Leviathan lebih dahulu mengenai tubuh Charon.

     Charon terlempar sangat jauh ketika mendapatkan serangan ekor Leviathan yang sangat dekat. Tubuhnya terhempas jauh menghantam sudut tembok rumah yang ada di sekitarnya. Di dalam keadaannya, Charon memuntahkan darah segar dari mulutnya. Memuntahkannya, seakan menjadi pertanda kesakitan yang diterimanya.

    “Charon!” teriakku kepadanya.

    Melihat keadaannya membuatku cemas.

    “Tak perlu khawatir, Wakatsu,” ucapnya sambil tersenyum. 

    Charon berusaha menenangkanku di tengah keadaannya lukanya. Namun, aku hanya bisa terdiam melihat keadaannya itu tanpa bisa berbuat apa-apa.

    “Sial!”  pikirku.Kemudian Charon mengusap darah segar itu dari bibirnya dan bersiap memulai pertempurannya kembali. 

    “Ternyata kau tak sekuat julukanmu, Dark Eyes,” kata Leviathan kepadanya.

    “Apakah benar seperti itu?” ucap Charon kepadanya.

    Namun di tengah ucapan sombong Leviathan, terjadi suatu hal yang sangat mengejutkanku. 

    Tapi apa ini? 

    Ekor Leviathan terpotong!

    Ternyata serangan terakhir yang diberikan Charon kepada Leviathan adalah sebuah taktik Charon untuk memotong ekornya. Walaupun itu berarti harus merelakan Charon terkena serangannya.

    “Sejak kapan Charon memotongnya?”  pikirku.

    Di dalam keadaannya, Leviathan berteriak dengan penuh kesakitan, setelah sadar dan mengetahui bahwa ekornya telah terpotong.  “Kurang ajar!” pekiknya geram.

    “Sudah cukup, aku akan mengakhiri semuanya,” ucap Charon kepadanya.

    Dengan sangat cepat, Charon menghilang dari pandangannya. Menghilang dari pandangan Leviathan yang berada di depannya. Lalu secara tiba-tiba, Charon sudah berada tepat di belakang Leviathan. Di tengah situasi itu, aku terperangah melihat kecepatannya, begitu juga dengan Yuri.

    Leviathan menengok ke arahnya, tapi itu sudah sangatlah terlambat. Kini Leviathan tak bisa lagi mengelak dari serangannya apalagi mencoba melindungi dirinya. Terlebih lagi ekor yang menjadi serangan andalannya serta pertahanan sempurnanya sudah hilang.

    Dalam sekejap mata, leher Leviathan terpotong dengan kilatan kecepatan pedang Charon. Akhirnya, serangan Charon yang sangat kuat berhasil memotong kepalanya. Lalu sekali lagi kemenangan berpihak kepada Charon. Kemudian Leviathan lenyap bersama butiran cahaya.

     “Akhirnya selesai juga,” ungkap Charon, seakan senang ketika Leviathan lenyap dari pandangan matanya.

     Di tengah keadaan Leviathan yang sudah lenyap, Charon kembali berpaling ke arahku dan mulai mendekatiku. 

    “Kamu tidak apa-apa?” tanyanya kepadaku, tanpa mengubris kehadiran Yuri di sampingku.

    “Aku tidak apa-apa,” jawabku.

    Namun melihat keadaannya yang sedikit memar menarik sebuah perkataan dari bibirku.

    “Seharusnya kamu lebih mencemaskan keadaanmu!” kataku kepadanya.

    Namun, 

    Charon hanya tersenyum menanggapi perkataanku.

    “Tidak apa-apa,” jawabnya dengan senyuman, ”bagiku, melihat keadaanmu yang baik-baik saja, itu sudah lebih cukup dari rasa sakitku.” 

    Seketika wajahku memerah setelah mendengar perkataannya. Sepertinya perkataan Charon kali ini benar-benar membuatku terbuai. Namun kuakui, baru kali ini ada seseorang yang memperhatikanku selain ibu.   “Terima kasih,” ucapku, “jika saja tidak ada kamu di saat ini, mungkin aku sudah mati.” 

    Di dalam perkataanku, Charon membersihkan tubuhnya dari semua debu-debu pertarungan. Lalu setelah itu, di sela perhatiannya, ia kembali berkata.. “Ini sudah menjadi tugasku dan tugasku adalah melindungimu sebagai patnerku,” jawabnya.

    Aku terdiam mendengar jawabannya. Memang alasannya cukup lugas dan masuk akal. Jadi sepertinya aku tak perlu menyimpulkan apa-apa lagi.

    Tapi entah mengapa aku merasa kecewa.

    “Baiklah, kamu harus segera bergegas pulang, hari sudah semakin malam,” ucap Charon kepadaku.

    Sejenak, di dalam perkataan Charon, aku mengahlikan pandanganku. Kemudian aku mulai melirik jam tanganku. Benar katanya, sudah dua jam berlalu semenjak pelarianku menghindari Leviathan bersama Yuri. Kini hari sudah menjadi semakin larut tanpa aku sadari.

    Kemudian aku dan Yuri mulai bangkit berdiri. Dibantu dengan Yuri, aku membersihkan tubuhku yang berdebu akibat serangan Leviathan pertama kali.

    “Kalau begitu, aku akan segera bergegas!” ucapku sambil begegas meninggalkan Charon.

    Charon hanya tersenyum menanggapi perkataanku. Lalu akhirnya, sampailah pada saat kami meninggalkannya. Aku dan Yuri mulai melangkah dan beranjak maju meninggalkan Charon. Dan di dalam keadaan itu, Yuri melambaikan tangannya kepada Charon seakan menjadi pertanda perpisahan di antara kami.

    “Sampai jumpa besok!” ucap Charon dari kejauhan.

    Aku memperhatikannya dengan seksama. Hanya sebuah senyuman Charon yang bisa kulihat dari kejauhan setelah aku dan Yuri benar-benar meninggalkannya.Tapi  baru saja aku akan memalingkan mataku darinya.. 

    Charon terhuyung jatuh tak berdaya.

    Entah mengapa, tiba-tiba saja di dalam keadaannya, Charon terhuyung dan jatuh ke tanah dimana ia berdiri. 

     Seketika, melihat keadaannya itu, aku dan Yuri kembali berlari mendekati Charon. Di tengah keadaannya yang tak sadarkan diri, aku merangkul tubuhnya dan memanggil-manggil namanya secara berulang-ulang.

    “Charon! Charon! Sadarlah Charon!” ucapku sambil menguncang-guncang tubuhnya.Tetapi Charon tak kunjung sadar dari keadaannya.

    “Sepertinya dia pingsan karena kelelahan, atau mungkin terluka parah karena serangan yang diberikan leviathan kepadanya?”  pikirku.

    “Baiklah, aku akan membawanya ke rumah.” ucapku kepada Yuri di tengah keadaannya itu.

    “Lekaslah membawanya pulang dan mengobatinya, Wataku,” ucap Yuri kepadaku. 

    Sejenak, terlihat kekhawatiran di wajah  Yuri ketika melihat keadaan Charon yang tak sadarkan diri. Semua sangat jelas dari ekspresi wajahnya yang cemas.

    “Baiklah, ayo.. kita harus segera bergegas,” kataku kepada Yuri, “aku akan mengendongnya dan membawanya pulang sambil mengantarkanmu,” 

    Namun entah mengapa Yuri menolaknya.

    “Terima kasih, Wataku,” ucap yuri sambil tersenyum kepadaku, “tapi, tidak apa-apa.. aku ingin pulang sendirian.”

    Melihat sikapnya yang aneh membuat pertanyaan besar di dalam pikiranku. Memang, jarang sekali Yuri bertingkah seperti ini. Biasanya saja, Yuri selalu memintaku untuk mengantarkannya pulang ketika di sekolah. Namun sepertinya saat ini bukanlah saat yang tepat. Dengan perasaan yang sedikit khawatir, aku menanyainya.

    “Sungguh tidak apa-apa?” tanyaku kepadanya. 

    Tentu aku sangat khawatir dengan Yuri, sebab hari sudah sangat malam. Terlebih lagi tentunya Yuri masih terguncang akan kejadian yang tak masuk akal ini.

    “Sungguh!” jawab Yuri, mencoba meyakinkanku.

    Dengan langkah kecilnya, 

    Yuri bergegas meninggalkanku.

     “Sampai jumpa besok, Wataku!” ucapnya dengan sebuah lambaian.

    Setelah itu, Yuri benar-benar menghilang dari pandanganku. Namun entah mengapa, sepertinya ada sedikit kesedihan di dalam wajah Yuri. Aku bisa merasakannya dari tatapannya dan aku tak tahu apa itu.

    ***

    Sesampainya di rumah.. 

    Aku memasuki rumah dengan perlahan, sebab hari sudah sangat larut. Ibu bisa sangat marah bila menemukan keberadaanku yang tak kunjung pulang pada malam ini.

    Terlebih lagi sekarang, aku sedang menggendong Charon. Jadi, bisa sangat berbahaya bila ibu menemukanku. 

    Perlahan, aku mulai membuka pintu kamarku dengan sangat pelannya. Membawa Charon masuk ke dalam kamar, lalu membaringkannya dengan sangat hati-hati di atas *Futon.

    Setelah itu pada saat yang bersamaan, aku mulai membawa futon cadangan yang sudah lama kusimpan di dalam lemariku. Sebenarnya futon itu sudah lama tak terpakai, sebab futon itu hanya kukeluarkan bila teman menginap di dalam kamarku.

    Aku membawa futon itu keluar dari kamar, lalu menggelarnya tepat di luar pintu kamarku. Perlahan setelah berhasil menggelarnya, aku mulai memejamkan mataku dan beranjak untuk tidur.

    Rasa lelah membuat rasa kantukku semakin dalam.. 

    Akhirnya aku tertidur dengan sangat lelap.

    Satu lagi hari yang melelahkan terlewatkan.


    *Futon = Jenis perangkat tidur tradisional jepang.



    Dark Eyes - The Beginning of Evil All Chapter
    Chapter 07 - END
    To be continued Chapter 08 - Charon Demam?!
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comment:

    Post a Comment

    Item Reviewed: [Light Novel Indonesia]Dark Eyes - The Beginning of Evil ( Chapter 7 - Akhirnya Charon Muncul!) Rating: 5 Reviewed By: Razelion
    Scroll to Top